Aku Yang Sederhana

Ini hanyalah tulisanku. Tulisan yang kurasakan sejak pertama kali mengenal dirimu. Aku tidak tahu bagaimana perasaan kaumku. Tapi aku tahu mereka hampir sama denganku. Ini bukanlah curahan hati, tapi kenangan saat bersamamu dulu hingga kini.

Saat pertama kali kau bertanya, “Sayang Dimana?” lalu dilanjutkan dengan “Ngapain sayang ?” dan disambung dengan “Sama siapa ja?”, aku, sebenarnya sangat senang tiada tara. Aku bahkan tersenyum sendiri saat kau menelepon ataupun SMS kepada aku. Aku senang karena kamu begitu mencintaiku, aku senang karena kamu takut kehilangan aku. Dalam logikaku, kamu begitu peduli. Dan dalam logikaku lagi, kamu bahkah lebih peduli daripada aku 3 kali. Buktinya kamu bertanya 3 pertanyaan yang sama hampir setiap hari.

Percayalah, aku sangat senang sekali. Tapi, aku ini lelaki, gengsinya setinggi menara Eiffel, mengarang cerita kamu jatuh cinta setengah mati padaku, padahal itu semua hanya mimpi. Saat aku didepan sahabat-sahabatku, aku pura-pura tidak peduli. Aku pura-pura menghindari. Tapi percayalah, aku bukan bermaksud melukai, hanya saja inilah aku laki-laki yang dibuat dari susunan tulang gengsi dan daging sombong diri.

Saat pertama kali kamu kesal karena aku membuatmu kesal, aku sebenarnya senang sekali. Wajahmu yang cemberut bagi aku manis sekali. Bahkan aku kadang-kadang iseng membuatmu cemberut hanya ingin melihatmu dengan wajah itu sekali lagi. Aku tahu kamu pasti lelah begitu, aku tahu kamu pasti kesepian karena rindu.

Tapi percayalah, rinduku melebihi rindumu, bahkan setiap dalam perjalanan hendak menjemputmu aku tersenyum sendiri. Aku tak peduli dibilang sinting, aku tidak peduli dibilang pamer gigi, bahkan aku tetap tersenyum gigih saat ditangkap polisi karena dikira orang gila bawa motor sambil bernyanyi. Yang penting bagi aku sekarang adalah, aku sedang pergi menjemput pujaan hati.

Saat pertama kali kamu menolak membuatkanku masakanmu, dengan berkata kau tak bisa, aku sangat sedih. Karena bagiku seandainya masakanmu gosong dan hitam pekat tak utuh, aku dengan senang hati mencicipi karyamu. Aku tidak ingin kamu kecewa. Aku tidak ingin kamu sedih. Karena dalam logikaku, kamu sudah membuatnya dengan penuh kasih dan mungkin setengah mati. Seberapapun buruknya masakanmu, Rasa hangus masakanmu, terhapus oleh kristal-kristal peluh wajahmu. Rasa keasinan masakanmu menjadi manis melihat senyumanmu. Apapun rasa masakanmu tidak aku peduli walaupun hasilnya besok pagi aku harus terbaring lemah dikasur dengan infus ditangan kiri.

Saat pertama kamu bilang penampilanku buruk, Aku senangnya tiada tara. Aku yang diancam pakai parang supaya memperbaiki penampilan tidak pernah aku hiraukan, tapi hanya dengan satu kata bahwa kamu peduli dengan penampilanku, baju-baju kusut yang tak tersetrika, kini menjadi baru seperti hadiah raja. Rambut gondrong kayak hutan belantara, jadi model rambut para artis Korea. Bahkan aku yang tidak mengenal Hand Body Lotion dan pelembab seumur hidupku, kini-pun mulai membenahi diri, dan semua itu berawal hanya dengan sedikit perhatianmu tentang penampilanku.

Saat pertama kali kugenggam tanganmu, rasanya hati ini hendak melompat lari. Tapi untung ada urat-urat gengsi yang mengikat seperti tali. Kamu yang dengan segenap keberanianmu menggenggam tanganku, kamu yang tersipu mengungkapkan sayang padaku, melihatnya saja aku sudah hampir tidak sadarkan diri. Kamu manis sekali.

Tapi dasarnya aku, demi gengsi aku adem-adem sari. Tapi setelah berpamitan denganmu. Aku pulang dengan kecepatan lari Cheetah seribu kali hanya supaya bisa menikmati menit-menit terakhir genggaman tanganmu. Bahkan aku kadang tidak cuci, supaya terbawa kealam mimpi.
Ya, inilah tulisanku, memang ada yang biasa, ada pula yang hiperbola bahkan ada yang tidak masuk logika. Tapi itulah aku apa adanya. Saat menyukai seorang wanita, aku rela memberikan sayap padamu supaya terbang kesurga, tapi kenyataanya aku juga ingin masuk surga.

Ini hanyalah ceritaku tentang pertama kali, aku tidak ingin cerita bagaimana yang kedua kali apalagi yang ketiga kali. Aku hanya ingin mengenang yang enak dihati, aku hanya ingin kenangan indah selalu terpatri walaupun nantinya akan menjadi basi ataupun pemain utamanya telah berganti.
Akhir kata menutup cerita. Padamu wanitaku janganlah marah. Ini hanyalah cara aku bercinta. Memang aku sering salah, maafkan aku sering memberi duka, tapi aku melakukannya bukan karena sengaja. Aku hanya belum tahu aturan memperlakukanmu kekasihku. Aku hanya bingung membaca keinginan wanita. Tapi percayalah, saat kamu berurai air mata, aku dihati menangis darah. Ketika kau bilang ingin sendiri karena sedang bersedih, justru aku semakin ingin ada disampingmu dan menghapus kesedihanmu, karena aku tidak pernah tega membiarkanmu menangis dan bersedih. Itu semua, karena aku memang menyayangi dan mencintaimu wanitaku.

Tinggalkan komentar